Pages
Chinmoku No Naka De Ai (Cinta Dalam Diam)
Namaku novita anggraeni, aku biasa dipanggil novi, kini aku kelas 3 di smk di jawa timur jurusan multimedia, kalian pasti tau smk itu kebanyakan adalah laki-laki, jadi aku selalu semangat untuk berangkat ke sekolah.
Aku punya banyak teman yang sangat baik, lucu, kompak, dan yang lebih spesifik lagi, aku punya satu genk, genk kecil kecilan yang kami sebut microsoft, sangat aneh tapi kami memang menyukai itu karena kami jurusan miltimedia, tapi walaupun begitu kami tidak pernah membeda-bedakan teman, kami semua saling membaur. Genk kami beranggotakan 5 orang yaitu intan, ngesti, mega, yuni dan aku, kami selalu saling support ketika dalam masalah apapun, tak terkecuali masalah cinta..
Di sekolah kami mempunyai fans masing-masing, terlebih aku, aku yang sangat fanatik dengan seorang cowok bernama purwa dari jurusan otomotif, dia tampan, alim, baik, sederhana, dan termasuk pandai di kelasnya. Purwa adalah salah satu orang yang membuatku bertahan dan betah bersekolah disini, karena sejujurnya aku tidak betah kalau harus jauh dari orangtuaku yang berada di luar kota.
Setiap kali purwa lewat depan kelasku, aku merasa senang, histeris, salah tingkah, malu dan lain-lainnya. Semua teman di kelasku sudah terbiasa dengan kelakuanku itu. Mungkin menurut mereka baru kali ini ada orang gila yang keterima di sekolah seperti aku
Suatu hari kelasku sedang ada pelajaran renang, dan tanpa aku tau ternyata kelas purwa juga ada pelajaran renang, entah memang rejeki atau jodoh, oh my god, aku satu kolam dengan purwa, Apa ini cuma mimpi, “nov sini” yuni tiba-tiba berkata dari arah belakang. Dan aku menoleh, dan aku terkejut, di belakang yuni adalah purwa, aku pengen kesana. Tapi apa yang aku lakukan? Aku langsung menjauhi mereka.
Setelah renang selesai, yuni pun menghampiriku “bodoh kamu nov! Tadi dia pengen kenal sama kamu, tapi kamu aku panggil malah pergi” kata yuni memarahiku. “sorry yun, aku malu. Aku gak tau harus ngomong apa ketika di hadapan dia”. Aku memang benar-benar malu, aku bingung kenapa dengan aku. Yuni terus saja memarahiku, dia benar dan aku memang bodoh. Yuni memang kenal dengan purwa, makanya dia mau bantu aku dekat dengan jacobku itu.
Beberapa hari berlalu aku terus memikirkan tentang purwa, bagaimana wajahnya waktu itu, waktu itu aku memang samar-samar mendengar “dia suruh kesini aja” aku yakin kata-kata itu untuk aku. Aku galau, merasa kehilangan kesempatan berharga seperti itu. Aku sangat menyesal. Aku hanya bisa berdoa semoga suatu saat ada kesempatan seperti itu lagi.
Pagi ini sangat cerah, kelasku kebetulan tidak mendapat pelajaran alias jam kosong, kami memang mendapat tugas yang harus dikerjakan. Beberapa temanku ada yang mengerjakan dan yang lain hanya bergurau dengan teman tanpa keluar dari bangku masing masing. Dan genkku memang saling berdekatan tempat duduknya, kami sama sekali tidak menghiraukan tugas yang diberikan, kami malah makan camilan dan kue yang dibeli di kantin.
“nov nov” teriak ngesti dengan keras. “kenapa nges?”, “cepet kesini, jacob ada di lapangan basket”. Kata ngesti dengan semangat yang kebetulan di sedang membuang sampah di depan kelas. Aku segera berlari dan buru-buru melihat pangeranku itu. Dan benar, dengan seragam yang dipakainya, sepatunya, tasnya, gaya berjalan. Semuanya keren. Aku hanya memandangi wajah tampannya dari jauh. Ngesti berteriak memanggil purwaku, “purwaa, novi suka kamu” kata ngesti dengan keras. Aku langsung kebingungan ketika purwa menoleh ke arah kami. Aku langsung menutupi wajahku.
Setelah beberapa waktu entah bagaimana bisa menyebar berita tentang aku yang menyukai purwa. Bahkan teman-teman kelasnya tau. Ini pasti kerjaan genk ku. Aku suka memang kalau purwa tau kalau aku suka. Tapi teman-temannya yang jahil selalu mengataiku, aku jadi waspada kalau aku berapapasan dengan teman-teman sekelasnya.
Pagi ini aku datang ke sekolah dengan temanku bernama lusi, aku tidak sadar aku sedang berjalan di depan kelas ramor, mereka pun langsung bersaut-sautan, “purwaa” “bayu purwa sinatrya purwatama” yah, itu memang nama purwaku. Aku salah tingkah, dan tiba-tiba. Deg, purwa berdiri di depan pintu kelas, dan tersenyum padaku, oh my good, gua melted. Tanpa aku membalas senyumnya aku langsung lari. Lusi hanya ikut tersenyum dan juga meledekku.
Sesampainya di kelas, aku langsung cerita pada sahabat-sahabatku. Mereka hanya bilang bahwa aku ini bodoh, aku mengerti kenapa mereka bilang seperti itu, “gimana sih kamu nov, dia padahal udah welcome ke kamu, tapi kamu malah selalu menghindar, awas nanti kalau di udah gak respect lagi sama kamu gimana hayoo” mega terus mengoceh, dan yang lain pun bersautan. Aku hanya terdiam mendengarkan nasihat mereka semua
Keesokan harinya, aku menunggu lusi karena aku nebeng dia waktu berangkat sekolah, aku menunggu dia lama sekali, tiba-tiba ada cowok yang berhenti di depanku, aku langsung melihat bed yang ada di seragamnya, yah, kita satu sekolah, dia jurusan otomotif. Aku sock, dan aku berharap dia adalah purwa. “kamu nunggu siapa? Sama aku aja ayo? Kamu novi kan?” kata dia sambil membuka kaca helm yang dipakainya. Yaaaah. Ternyata dia bukan purwa. Kataku menggerutu dalam hati, tapi tunggu dulu kenapa dia kenal aku?. “nunggu temenku, lah kamu kok tau namaku?”. “udahlah, sambil aku jelasin, ayo kamu berangkat sama aku aja”. Akhirnya aku pun mau, karena memang sudah kesiangan.
Di perjalanan kami banyak mengobrol, namanya eka. “kamu suka purwa ya?” katanya tiba-tiba. “eh, eh anu. Kenapa?” jawabku dengan gugup. “sudah, santai saja. Kelasku semua sudah tau”. Apaa? Jadi dia sekelas dengan purwa? Salah alamat ini aku, rasanya aku pengen turun dari motornya. “yah sepeti yang kamu tau lah ka” jawabku pelan, “apa nov? Jangan pelan-pelan dong”, “ah gak papa kok, lupakan saja” jawabku. “kamu orang malang kan?” semua pertanyaannya hampir membuat aku kaget. Kenapa dia bisa tau semua?. Dia bilang katanya dia tau dari purwa. Aku kaget, apa selama ini purwa juga memperhatikanku. Sampai dia tau tentang aku, nama panjangku, rumahku, biasanya aku sama siapa. “purwa orangnya baik kok” katanya tiba-tiba. Maksutnya apa? Aku semakin penasaran tanpa berani untuk bertanya padanya.
Sesampainya di sekolah, aku langsung update cerita ke teman-temanku, mereka pun ikut heboh, katanya yah itu tandanya purwa respect sama aku. Aku tidak pernah menyangka purwa juga mencari tau siapa aku.
Jam pelajaran aku sama sekali tidak fokus. Pikiranku hanya pada perkataan-perkataaan eka tadi pagi. Pelajaran yang diberikan pun aku sama sekali tidak mendengarkan. Entah memang jodoh atau apa. Purwa lewat depan kelasku. Aku senang sekali, pengen banget aku kenal dia. Dan tiba-tiba, jeng jeng jeng jeng purwa my jacob senyum padaku. Aku langsung menundukkan kepalaku. Karena aku kepegok dia kalau aku lihatin dia.
“gimana nih buat acara bazar minggu depan?” intan membuka percakapan waktu istirahat. Sekolah kami memang minggu depan ada acara praktik kewirausahaan yaitu bazar. “aku suka tema yang gothik gitu” kata mega. “iya tuh kayaknya seru, makanannya pun juga harus horor” aku menambahkan. Beberapa menit kami berdiskusi. Akhirnya kami pun memutuskan untuk sutuju menggunakan ide dari mega.
1 hari menjelang bazar, kami mendapat lotre nomor stan yang akan kami tempati. Kami mendapat nomor 15, kami mempersiapkan semua perlengkapan dengan maksimal, dan kebetulan aku menjadi talent hantu pengantin, jadi aku menggunakan gaun putih dan membawa bunga di tanganku. Kami pun di sekolah sampai malam, mempersiapkan stan, makanan yang dijual dan keperluan lain-lainnya.
“nov nov nov” yuni langsung berlari ke arahku yang kebetulan sedang menata meja stan. Yuni selalu mengagetkanku. “kelas ramor nomor stannya 14”, “lah terus kenapa yun?” jawabku acuh. “pabo! Itu kelas purwa tauuu”. Aku langsung menoleh ke arah yuni. “beneran yun?” kataku sambil memegang tangannya dengan kencang dan memelototinya. “iya nov, ya ampun. Rejekimu”, “alah itu sih bukan rejeki yun namanya, tapi emang udah jodoh ya mau gimana lagi”. Kataku dan yuni pun meledekku. “apa se nov, alay”. Aku memang tidak melihat satu pun warga ramor yang terlihat menata dan mempersiapkan stan, maklum mereka semua cowok. Tidak akan peduli dengan hal-hal yang detail.
Akhirnya hari yang aku tunggu datang, eits bukan bazarnya, tapi purwanya. Aku berada di ruang make up bersama beberapa temanku. Aku sebenarnya malu untuk keluar, di luar ramai sekali dan penampilanku, woow horor bingit, tapi ya aku harus keluar karena aku jadi talent foto untuk stanku. Sesampainya di stan aku kaget. My jacob purwa ada di stanku, dia disana dengan temanku yang memang juga kenal dengan purwa waktu smp. Aku bingung harus kemana. Akhirnya aku memberanikan diri untuk ke stanku sendiri, yah melihat purwa itu lebih seram dari pada penampilanku sendiri. Entah dia menyadari keberadaanku atau tidak, karena memang wajahku berubah horor.
“purwaaa, ini loh mbak novinya”. Teman-temanku meledek. Untuk kali ini aku mencoba untuk menguatkan hati dan mental, kamu harus kuat, ini yang namanya jodoh, aku terus menyemangati diriku sendiri. “purwa gak mau photo sama hantu ta?” kata intan pada purwa yang kebetulan memang dia yang jadi photographernya. Purwa tidak menjawab hanya tersenyum. Akhirnya mega, ngesti dan yuni pun mendorong dorong purwa ke arahku. Mereka semua memang temanku yang paling baik :) aku juga kaget purwa sama sekali tidak marah ataupun menolaknya. Dengan hati yang deg degan. “cekrik” intan memotret kami berdua. Dan aku tidak pernah menyangka dengan hasilnya waktu aku melihatnya. Ternyata purwa tersenyum dan badanku mendekat padanya. Sweet banget.
Teman-temanku pun buru-buru meninggalkan aku dengan purwa, dan menahanku dan purwa untuk pergi, akhirnya tinggal kami berdua, hatiku sudah tak karu-karuan. Aku tak bisa berkata-kata, dan purwa pun membuka obrolan dengan mengulurkan tangannya “aku purwa”. 2 kata dari bibirnya yang pertama buat aku, aku pengen lompat-lompat dan memeluk sahabat-sahabatku. “aku sudah tau kok, kalau aku novi”. Kataku sambil membalas jabatan tangannya, tangannya begitu lembut sampai aku tak mau melepasnya kami berdua saling tersenyum. “aku juga tau kalau kamu novi”, aku hanya terdiam kata-katanya menusuk jantungku, walaupun lebay, tapi ini memang terasa. Senyumnya yang paling manis itu pasti bisa membuatku tak bisa tidur.
Aku sama sekali tidak bisa berkata-kata, aku hanya bisa diam. Dan purwa pun bicara duluan “apakah kamu sering memperhatikanku?” aku sangat kaget dengan pertanyaannya itu. “kamu merasa ya?” jawabku bingung, “tidak juga, hanya teman-temanku yang selalu bilang begitu padaku”. Belum sempat aku berkata “iyaaa” tiba tiba intan mendatangi kami, “kerja nov kerja, di depan sudah banyak yang antri foto, purwa nanti dilanjutkan lagi yaa” kata intan sambil menarikku. Lalu aku tersenyum pada purwa lalu pergi meninggalkan dia.
Hari ini sangat melelahkan, walaupun kerjaku di stan sangat mudah hanya harus diam dan berpose tapi panas keringat terasa bercucuran. Ketika sudah longgar acara bazarnya, aku pun duduk di belakang stanku, aku melihat purwa sedang sibuk bernyanyi dengan gitar di stannya. Aku terus memandanginya, tampan sekali dia dengan kaos hitam polos yang dipakainya.
Aku menundukkan kepala dan menyandarkan tubuhku di tembok. “ini untukmu” tiba-tiba ada segelas es berada di depan wajahku. Aku mendongakkan wajahku dan ternyata my jacob purwa ada di depanku, aku mengambil es darinya dan tiba-tiba dia duduk di sampingku. “capek ya jadi hantu?”, “iya, enakan jadi manusia wa”, walaupun kaku aku mencoba untuk mencairkan suasana yang tegang. Dia pun tertawa. “tapi aku suka kok kan hantunya manis”. Oh my god apa yang dimaksud dia itu aku, ingin rasanya aku berlari kelapangan dan berteriak teriak disana. “boleh minta nomer hape kamu?”, woow ini dia yang kutunggu-tunggu. “kenapa nggak dari dulu aja na”, kataku pelan, “apa nov? Gak boleh yaa?”, “ah, boleh kok na, boleh banget”. Lalu aku memberikan nomorku padanya.
Beberapa hari berlalu, aku dan purwa semakin dekat, kami sering sms, saling support apalagi kami sudah kelas 3 sekarang, waktunya belajar diingatkan, sholat pun juga. Dia sangat perhatian, cinta dan kagumku padanya semakin besar. Malam itu purwa mengirim pesan padaku, bahwa besok pulang sekolah, dia mau mengajakku makan sekaligus mengantar aku pulang. Aku langsung mengiyakan.
Keesokan harinya sewaktu pulang sekolah, aku langsung meninggalkan kelas tanpa sempat mengabari sahabat-sahabatku tentang apa yang akan terjadi siang ini, aku menuju gerbang dan disana sudah ada my jacob purwa dengan motor sport merahnya. Sangat keren (y). “maaf ya membuat kamu menunggu” “aku juga baru keluar kelas kok nov, ayo”. Disana banyak teman-teman purwa yang berkeliaran, dan mengetahui kalau aku dan purwa pergi bersama. “swiit swiit” mereka bersaut-sautan meledekku dan purwa. “kamu gak malu keluar sama aku na?” kataku sambil menaiki motornya. “kenapa nov? Aku suka kok jalan sama kamu”.
Sudah banyak waktu yang aku lalui dengan purwa, aku selama ini hanya menjadi temannya, aku tidak pernah mampu untuk mengatakan perasaanku padanya, purwa pun sama, apa sebenarnya perasaan dia padaku aku tak tau, tapi untuk apa semua ini?
Beberapa bulan berlalu, dan akhirnya kami semua pun lulus, aku sangat kehilangan teman-temanku. Terlebih lagi purwa, yang selalu membuatku semangat, aku tak akan bertemu dengannya lagi. Sampai sekarang hanya satu yang aku pikirkan, apa yang dia rasakan ketika bersamaku ..
The end
Cerpen Karangan: Novita Anggraeni
Facebook: Noviie Memziasapunck
Label:
cerita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Seberapa minat anda membaca cerita ?
Calendar
Jam
Popular Posts
Pages
Anda Pengunjung Ke..?
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar